BLOG NGEHULENG ID - Polandia mengusulkan penempatan ganda senjata nuklir Amerika Serikat dan Prancis sebagai bentuk deterensi menghadapi potensi ancaman Rusia. Presiden Andrzej Duda menyatakan bahwa kedua opsi tersebut tidak saling bertentangan dan dapat dijalankan bersamaan.
Perdana Menteri Donald Tusk menegaskan bahwa pemerintah sedang melakukan “pembicaraan serius” dengan Prancis untuk memperluas payung nuklir Prancis ke Polandia. Inisiatif ini muncul setelah upaya Polandia untuk bergabung dengan program nuclear sharing AS sebelumnya tidak berhasil. Selain itu, penempatan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus meningkatkan kekhawatiran keamanan kawasan di Eropa Timur.
Latar Belakang Ancaman Regional
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, ketegangan nuklir meningkat di Eropa Timur. Pada 2023, Rusia mulai menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus, menjadikannya lokasi pertama di luar bekas Uni Soviet yang menjadi titik penempatan nuklir Rusia sejak 1991.
Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengonfirmasi bahwa beberapa warhead nuklir Rusia sudah berada di wilayahnya dan fasilitas penyimpanan telah siap. Langkah ini dipandang sebagai respons Kremlin terhadap perluasan NATO ke timur dan memicu kekhawatiran bahwa Eropa Timur bisa menjadi sasaran pertama jika terjadi eskalasi.
Inisiatif Presiden Duda
Andrzej Duda secara terbuka mendorong Polandia untuk meminta perlindungan payung nuklir Prancis dari ancaman Rusia. Dalam wawancara dengan Bloomberg News di Warsawa pada pertengahan april 2025, ia menyatakan:
“Saya percaya kita dapat menerima kedua solusi. Ide-ide ini tidak saling bertentangan dan tidak saling mengecualikan.”
Sebelumnya, Duda juga mendorong Amerika Serikat untuk memindahkan dan menempatkan bom nuklir B-61 di wilayah Polandia sebagai upaya memperluas infrastruktur NATO ke timur.
Mengenai penempatan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus, Duda mengatakan:
“Bagaimana NATO akan menanggapi hal ini? Jawaban saya sangat sederhana. Kami mengusulkan untuk memperluas kerja sama nuklir ke wilayah kami juga.”
Dukungan dan Pernyataan Perdana Menteri Tusk
Donald Tusk, yang menjabat sebagai Perdana Menteri sejak akhir 2023, menggarisbawahi pentingnya Polandia tidak hanya bergantung pada senjata konvensional. Ia menyebut Prancis sebagai mitra potensial dalam hal payung nuklir dan menegaskan “kami sedang melakukan pembicaraan serius” terkait usulan Presiden Macron untuk memperluas perlindungan nuklir Prancis kepada sekutu Eropa. Tusk juga menambahkan bahwa pembicaraan ini adalah bagian dari strategi untuk menjaga keseimbangan kekuatan di Eropa dan mencegah dominasi Rusia di wilayah timur benua.
Sejarah dan Tantangan Program Nuclear Sharing AS
Polandia pernah mengajukan proposal serupa kepada pemerintahan Amerika Serikat, termasuk di era Presiden Trump, namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Ketidakpastian politik dalam negeri AS dan sikap skeptis dari administrasi sebelumnya membuat agenda nuclear sharing Polandia terhenti. Selain itu, mekanisme legal dan teknis untuk memindahkan senjata nuklir lintas batas NATO memerlukan persetujuan konsensus aliansi, yang hingga kini belum tercapai.
Implikasi Keamanan dan Politik
Langkah Polandia untuk menempatkan senjata nuklir ganda memiliki sejumlah implikasi:
-
Penguatan Deterensi NATO: Menambah lapisan perlindungan bagi negara-negara Eropa Timur terhadap agresi Rusia.
-
Respon Moskow: Berpotensi memicu eskalasi militer dan retorika nuklir lebih intens dari Kremlin.
-
Sikap Anggota NATO: Membutuhkan dukungan suara bulat di antara 32 anggota NATO untuk mengubah kebijakan nuclear sharing.
-
Aspek Teknis dan Legal: Melibatkan negosiasi kerangka baku penempatan, pemeliharaan, dan kendali atas senjata nuklir.
Analisis ahli menyatakan bahwa realisasi praktis usulan ini memerlukan waktu bertahun-tahun dan dukungan politik yang kuat di dalam dan luar Polandia.
Poin Penting
Inisiatif penempatan ganda senjata nuklir AS dan Prancis di Polandia mencerminkan dinamika keamanan Eropa Timur pasca-invasi Ukraina. Dengan dorongan Presiden Duda dan dukungan Perdana Menteri Tusk, Polandia berupaya memperkuat deterrensi melalui kerja sama dengan kedua kekuatan nuklir barat. Meski dihadapkan pada tantangan politik, teknis, dan risiko eskalasi, langkah ini menunjukkan tekad Warsaw untuk menjaga kedaulatan dan stabilitas regional di tengah ancaman Rusia.