Raytheon dan UAE Produksi Drone Interceptor Coyote


BLOG NGEHULENG ID - Coyote awalnya dikembangkan pada dekade 2010-an sebagai platform UAS dengan varian Block 1 yang menyerupai Switchblade untuk misi C-UAS, diluncurkan dalam tabung peluncur spring-launched dan didukung oleh sistem radar Ku-band (KuRFS) Raytheon. 


Varian Block 2, diuji coba operasional sejak 2019, mengubah konfigurasi menjadi drone-rudal berpenggerak turboreaktiv dan roket bantu, meningkatkan kecepatan hingga 500 km/j dan jangkauan efektif 15 km dengan waktu terbang hingga 4 menit serta kemampuan serangan ulang jika target lolos pada serangan pertama. Block 2 telah terbukti di Suriah oleh AS dan menjadi pilihan cepat untuk melawan ancaman drone kelas I–III serta kawanan drone (swarms).

Kontrak dan Teknologi Transfer

Term sheet tersebut ditandatangani oleh Fahad Al Mheiri, Managing Director Raytheon Emirates, dan Matar Al Romaithi, Sector Chief Defense & Security Industry Affairs di Tawazun Council, disaksikan Duta Besar AS untuk UEA Martina Strong dan Sekjen Tawazun Council H.E. Dr. Nasser Al Nuaimi. Melalui kemitraan ini, komponen kunci seperti motor turboreaktiv, sistem penargetan, dan perangkat lunak kendali akan diproduksi dan dirakit di dalam negeri. Inisiatif ini mendukung Program Ekonomi Tawazun yang mendorong transfer pengetahuan, peningkatan kapasitas manufaktur, dan ekspor teknologi pertahanan ke mitra GCC.

Spesifikasi dan Varian Coyote Block 2

  • Jarak Operasional: hingga 15 km dari peluncur 

  • Kecepatan Maksimum: sekitar 555 km/j (300 kts) 

  • Durasi Terbang: sampai 4–5 menit dengan loiter dan kemampuan re-engage 

  • Penuntun: kepala hulu ledak proximity dan pemindai radar frekuensi radio 

  • Biaya Per Unit: berkisar USD 100.000–125.000, tergantung varian dan konfigurasi

Selain Block 2, Raytheon kini mengembangkan Block 3 atau Coyote LE SR dengan kemampuan reusable, payload ISR, EW, serta modularitas peluncuran dari kendaraan lapis baja dan helikopter.

Manfaat dan Implikasi Strategis bagi UEA

  1. Peningkatan Kemandirian Pertahanan

    • Mengurangi ketergantungan impor, memperpendek waktu respons operasional, serta membuka peluang ekspor ke mitra regional.

  2. Penguatan Rantai Pasok Regional

    • Memperkuat ekosistem manufaktur pertahanan di Timur Tengah, meningkatkan keterlibatan mitra swasta Emirat, dan menciptakan lapangan kerja berteknologi tinggi.

  3. Sinergi Intelijen dan Operasional

    • Integrasi dengan sistem radar KuRFS dan platform LIDS AS menjamin interoperabilitas dengan alutsista sekutu, memaksimalkan efektivitas deteksi dan pencegahan serangan drone.

Tantangan dan Prospek Pengembangan

Meski efektif melawan drone sayap tetap dan multirotor kelas I–III, keefektifan Coyote di medan tempur yang padat sinyal EW dan serangan FPV/drone balap masih perlu diuji skenario riil. Ke depan, peningkatan sensor multi-spektrum, sistem kendali otonom, dan integrasi AI diperkirakan menjadi fokus pengembangan untuk mengatasi ancaman swarm berkecepatan tinggi serta drone kamikaze generasi baru.

Poin Penting

Dengan memproduksi Coyote interceptor di UEA, kerjasama Raytheon–Tawazun Council menandai era baru kemandirian dan inovasi pertahanan regional. Kapabilitas C-UAS yang telah teruji, ditambah transfer teknologi dan pengembangan varian baru, akan memperkuat stabilitas kawasan menghadapi ancaman drone modern dan sinergi pertahanan AS–UEA di tengah dinamika geopolitik global.


LihatTutupKomentar